Penjelasan Ringkas
tentang Bahaya Fitnah Hajuriyah
Ditulis oleh:
Muhammad bin ‘Abdullah al-Imam
Darul Hadits, Ma’bar
26 Jumadal Ula 1434H
Segala puji hanya bagi Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Amma ba’du,
Pada masa ini, Allah telah mendatangkan Syaikhuna al-Muhaddits al-‘Allamah Abu ‘Abdirrahman Muqbil bin Hadi al-Wadi’i – semoga Allah merahmati beliau – Beliau telah menegakkan dakwah kepada Allah dan pengajaran di atas ilmu dan bashirah. Maka banyak para penuntut ilmu yang datang dari setiap bukit dan dari segala arah, dari dalam (negeri Yaman) dan luar (Yaman). Bahkan, belum pernah ada seorang alim pun di negeri Yaman sepeninggal al-Imam ‘Abdurrazzaq bin Hammam ash-Shan’ani – rahimahullah – yang didatangi oleh para penuntut ilmu sebanyak syaikh kami (Syaikh Muqbil bin Hadi) al-Wadi’i.
Kemudian syaikh kami (Syaikh Muqbil) tinggal di Yaman dengan mengemban ilmu, pengajaran, dan dakwah kepada Allah selama lebih dari seperempat abad lamanya, sampai ajal yang telah ditentukan mendatangi beliau. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas, semoga Allah menempatkan beliau di jannah-Nya yang lapang. Sebelum meninggalnya, beliau pernah mewasiatkan dengan sebuah wasiat besar yang tersebar ke seluruh penjuru dunia. Orang yang tahu pun sungguh telah mengetahuinya. Di antara wasiat beliau tersebut adalah:
“Aku mewasiatkan kepada saudara-saudaraku fillah Ahlus Sunnah untuk konsentrasi terhadap ilmu yang bermanfaat, jujur kepada Allah, dan ikhlash. Kemudian jika terjadi suatu problem, hendaknya para ulul halli wal ‘aqdi berkumpul untuk membicarakannya. Seperti asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, asy-Syaikh Abul Hasan al-Ma`ribiy, asy-Syaikh Muhammad al-Imam, asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz al-Bura’iy, asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Utsman, asy-Syaikh Yahya al-Hajuri, dan asy-Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Adniy. Aku menasehatkan juga mereka untuk bermusyawarah dalam urusan-urusan mereka dengan asy-Syaikh al-Fadhil al-Wa’izh al-Hakim asy-Syaikh Muhammad ash-Shaumaliy. Karena sungguh aku dahulu telah bermusyawarah dengan beliau, dan beliau pun menunjukkan kepadaku dengan pendapat yang tepat.” Selesai.
Abul Hasan al-Ma`ribiy telah memisahkan diri dari saudara-saudaranya para masyaikh, selang beberapa saat setelah meninggalnya syaikh kami (asy-Syaikh Muqbil) – rahimahullah – dan telah terjadi fitnah sebagaimana telah kalian ketahui.
Para syaikh yang telah kami sebutkan di atas, telah menjadikan wasiat ini di hadapan mereka. Maka setiap kali terjadi fitnah di antara Ahlus Sunnah di Yaman, mereka (para masyayikh) berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meredakannya.
Semenjak sekitar 7 (tujuh) tahun ini telah terjadi perselisihan antara asy-Syaikh Yahya al-Hajuri dengan asy-Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Adniy. Maka dengan segera, para masyayikh yaitu:
- asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab,
- asy-Syaikh al-Bura’iy,
- asy-Syaikh ash-Shaumaliy,
- asy-Syaikh adz-Dzamariy,
- dan asy-Syaikh al-Imam,
mereka segera melakukan usaha perbaikan. Selanjutnya terjadilah ijtima’ di Darul Hadits Dammaj – semoga Allah menjaganya – . Kami telah mempertemukan antara dua syaikh, asy-Syaikh al-Hajuriy dan asy-Syaikh al-‘Adniy, kami pun telah mendengar dari keduanya. Terjadilah kesepakatan ketika itu dengan cara asy-Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Adniy menghentikan proses pendataan[1] di Fuyusy karena beberapa alasan menurut para masyayikh. Di sis lain, para masyayikh meminta asy-Syaikh Yahya al-Hajuriy untuk menarik ucapan beliau tentang asy-Syaikh ‘Abdurrahman, juga menarik celaan, dan tuduhan hizbiyah terhadap beliau (asy-Syaikh ‘Abdurrahman).
Selanjutnya, terjadilah asy-Syaikh ‘Abdurrahman menghentikan pendataan tersebut. Namun asy-Syaikh Yahya belum menarik ucapan [2] atas beliau (asy-Syaikh ‘Abdurrahman). Sebagaimana para masyayikh meminta asy-Syaikh ‘Abdurrahman untuk meminta maaf kepada asy-Syaikh Yahya, namun permintaan maaf ini belum bisa terjadi waktu itu.
Selang beberapa lama, asy-Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Adniy keluar dari Darul Hadits Dammaj, dan pergi ke ‘Adn. Maka asy-Syaikh Yahya berkata, “Abdurrahman tidak boleh kembali ke Dammaj.” Lalu kami menghubungi asy-Syaikh Yahya dan kami katakan kepadanya, “Ucapan anda terhadap asy-Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Adniy sudah cukup sampai di sini.” Akan tetapi asy-Syaikh Yahya terus berbicara tentang asy-Syaikh ‘Abdurrahman, menghukumi beliau (asy-Syaikh ‘Abdurrahman) sebagai hizbiy, pembuat fitnah, dst.
Setelah beberapa waktu para masyayikh mengikuti dengan seksama perkembangan perselisihan tersebut, bersamaan dengan sikap asy-Syaikh Yahya yang terus menuduh asy-Syaikh ‘Abdurrahman dengan tuduhan hizbiy, maka para masyayikh berpandangan untuk memanggil asy-Syaikh ‘Abdurrahman dalam rangka duduk bersama dan mencermati tuduhan hizbiy yang diarahkan kepada beliau. Pertemuan waktu itu berlangsung di Darul Hadits Ma’bar atas persetujuan asy-Syaikh Yahya. Sehingga terjadilah pertemuan dengan asy-Syaikh ‘Abdurrahman dan diskusi bersama beliau. Setelah pertemuan itu, para masyayikh merasa perlu mengeluarkan (bayan) penjelasan (secara tertulis, pent) untuk menghentikan perselisihan. Para masyayikh kemudian menulis bayan (penjelasan), dan membacakannya kepada asy-Syaikh Yahya melalui telepon, dan beliau pun sepakat untuk mengeluarkan penjelasan tersebut.
Setelah (bayan) penjelasan tersebut dikeluarkan, asy-Syaikh Yahya menelepon dan berkata, “bahwa ia tidak menyepakati isi penjelasan tersebut sampai asy-Syaikh ‘Abdurrahman datang kepadanya meminta maaf di Dammaj!“ Para masyayikh menanggapi, “Penjelasan sudah dikeluarkan, dan kedatangan asy-Syaikh ‘Abdurrahman (ke Dammaj) akan terjadi di masa mendatang dengan izin Allah.”
Akan tetapi asy-Syaikh Yahya enggan menyetujuinya, dan tidak menginginkan kecuali membatalkan kesepakatan itu dan membantah penjelasan tersebut. Inilah yang menjadikan perselisihan ini semakin parah. Para masyayikh pun bersabar atas apa yang dilakukan oleh asy-Syaikh Yahya.
Beberapa lama kemudian, kami pergi berhaji. Kami ketika itu ada asy-Syaikh Yahya, asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, asy-Syaikh adz-Dzamariy, asy-Syaikh al-Bura’iy, asy-Syaikh ash-Shaumaliy, dan al-Imam. Sementara asy-Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Adniy tidak bisa berhaji pada tahun itu. Kami saling berjanji untuk bertemu bersama di hadapan Waliduna (orang tua kami) asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi – hafizhahullah –
Maka kami pun bisa berjumpa di hadapan beliau. asy-Syaikh Rabi’ berkata kepada asy-Syaikh Yahya, “Wahai syaikh Yahya, pada diri asy-Syaikh ‘Abdurrahman tidak ada hizbiyyah sedikit pun. Kami mengenal beliau, dan gurunya (asy-Syaikh Muqbil) al-Wadi’iy telah memberinya rekomendasi (tazkiyah), dan memilih beliau untuk menjadi salah satu masyayikh yang dijadikan rujukan ketika fitnah-fitnah terjadi.” Atau ucapan yang semakna dengan ini.
Selanjutnya, asy-Syaikh Rabi’ mengarahkan pembicaraan kepada para masyayikh yang hadir. Beliau mengatakan (kepada kami), “Apakah kalian berpendapat bahwa ‘Abdurrahman adalah hizbiy?” Para masyayikh menjawab, “Kami tidak melihat hizbiyyah pada diri beliau sedikit pun.” Lalu asy-Syaikh Rabi’ berdiri, disertai persetujuan para masyayikh yang hadir, beliau meminta asy-Syaikh Yahya untuk rujuk dari ucapannya tentang hukum atas asy-Syaikh ‘Abdurrahman dengan hizbiyyah. Beliau pun meminta kami jika kami telah kembali ke Yaman untuk memanggil (asy-Syaikh) ‘Abdurrahman dan meminta dari beliau untuk mengeluarkan penjelasan bahwa beliau berlepas diri kepada Allah dari siapapun yang mencela Dammaj, dan bahwa beliau tidak ridha atas celaan yang ditujukan kepada asy-Syaikh Yahya. Dengan ini, diharapkan perselisihan berhenti. Dakwah pun akan berjalan sebagaimana mestinya, berjalan dengan tenang diiringi sikap ta’awun (saling membantu) dan menutup pintu-pintu fitnah. Asy-Syaikh Yahya pun menerima perkataan ini pada waktu itu. Para masyayikh pun kembali ke Yaman.
Para masyayikh bersemangat untuk mewujudkan hasil yang telah disepakati di hadapan asy-Syaikh Rabi’ tersebut. Para masyayikh pun memanggil asy-Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Adniy. ijtima’ dengan kehadiran beliau juga waktu itu berlangsung di al-Hudaidah, di sisi al-Walid asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab. Kami (para masyaikh) pun berunding dengan beliau (asy-Syaikh ‘Abdurrahman) . Kami menyebutkan kepada beliau tentang peristiwa yang berlangsung di sisi asy-Syaikh Rabi’, dan kami meridhainya. asy-Syaikh ‘Abdurrahman pun menyetujui untuk mengeluarkan penjelasan sebagaimana diminta oleh asy-Syaikh Rabi’ dan para masyayikh yang lainnya. Beliau pun mengeluarkan penjelasan. Akan tetapi tidaklah ada sesuatu pun dari asy-SyaikhYahya melainkan ia membatalkannya dengan 2 kaset yang di dalamnya ia mencela para masyayikh yang berusaha melakukan apa yang diminta oleh asy-Syaikh Rabi’, dan mencerca mereka.
Para masyayikh pun tetap bersabar dan tidak membantah asy-Syaikh Yahya. Maka setelah itu, perselisihan telah terjadi antara asy-Syaih Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dengan asy-Syaikh Yahya, dan antara asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri dengan asy-Syaikh Yahya. Para masyayikh yang lainnya di Yaman berusaha mendamaikan antara asy-Syaikh Yahya antara mereka juga, namun mereka belum bisa menghilangkan perselisihan, dikarenakan asal perselisihan ini adalah ucapan asy-Syaikh Yahya terhadap asy-Syaikh ‘Abdurrahman al-‘Adniy.
Kemudian asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri mengeluarkan fatwa bahwa tidak boleh mencari ilmu di Dammaj di hadapan asy-Syaikh Yahya al-Hajuriy. Para masyayikh: asy-Syaikh ash-Shaumaliy, asy-Syaikh adz-Dzamariy, asy-Syaikh al-Bura’iy, asy-Syaikh al-Imam, merasa perlu untuk mengeluarkan penjelasan tentang hakikat perselisihan ini, di mana asy-Syaikh Yahya tidak berhenti melakukan perbuatannya ini. Mereka pun mengeluarkan penjelasan yang menyebutkan bahwa sesungguhnya perselisihan ini “As-Sunnah tidak akan tertolong dengannya, dan bid’ah tidak menjadi terhapus dengannya, hanya saja untuk mencari kemenangan.” Penjelasan tersebut juga menyebutkan bahwa perselisihan yang terjadi tidak sampai kepada sikap memperingatkan dari menuntut ilmu di Dammaj.
Setelah keluarnya penjelasan ini, asy-Syaikh Yahya dan yang bersamanya mengajak untuk melakukan al-mufashalah (pemisahan diri). Tindakan pemisahan diri ini pun dimulai dari kabupaten-kabupaten bagian selatan. Para masyayikh mewasiatkan dengan kesabaran, menjaga dakwah dan persaudaraan, dan tidak menganggap adanya mufashalah sedikit pun selamanya. Dan mufashalah ini pun disertai dengan tahdzir asy-Syaikh Yahya dari menghadiri muhadharah para masyayikh tersebut, dan tahdzir dari mengundang mereka. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1429 H.
Pada tahun 1430H, asy-Syaikh al-Bura’iy, asy-Syaikh adz-Dzamariy, dan asy-Syaikh al-Imam melaksanakan haji. Mereka duduk bersama asy-Syaikh Rabi’ dan memohon kepada beliau untuk meminta para penulis di situs al-Wahyain (www.wahyain.com) agar menghapus tulisan yang mencela asy-Syaikh Yahya dan menahan diri darinya. Asy-Syaikh pun menghimbau para penulis tersebut. Mereka menutupnya selama beberapa waktu lamanya karena segan. Mereka mengatakan, “Anda memerintahkan pada satu pihak untuk menutup, tetapi tidak memerintahkannya pada pihak yang lain.” Adapun maksud para masyayikh dengan hal ini adalah untuk memperkecil perselisihan, tetapi ternyata tidak berguna. Mereka (para penulis tersebut) pun akhirnya kembali menulis bantahan-bantahan ilmiah selang beberapa bulan kemudian, dengan alasan bahwa kelompok yang lain – asy-Syaikh Yahya dan yang bersamanya – tidak juga menghentikan (celaan dan tulisan-tulisannya).
Setelah ini, muncullah ucapan dari asy-Syaikh Rabi’ atas al-Hajuriy. Beliau berkata tentangnya (asy-Syaikh Yahya) dan orang yang fanatik terhadapnya, “Mereka berjalan di atas jalan al-Haddadiyah.” Pada waktu yang lain beliau berkata, “Mereka ini orang-orang Haddadiy.” Asy-Syaikh Yahya pun membantahnya dengan bantahan yang membuat fitnah semakin berkobar, karena dia (asy-Syaikh Yahya) banyak melampaui batas di dalamnya. Para masyayikh di Yaman berangan-angan kalau sekiranya asy-Syaikh Yahya memperbaiki sikapnya. Namun hal ini tidak terjadi sedikit pun. Selanjutnya para masyayikh mengeluarkan penjelasan yang di dalamnya ada permintaan kepada situs al-Wahyain (www.wahyain.com) yang menulisa bantahan-bantahan ilmiah terhadap asy-Syaikh Yahya untuk menahan diri dari membela diri ketika asy-Syaikh Yahya mencelanya. Agar jangan sampai sikap pembelaan tersebut menjadi penyebab semakin meluasnya sampai kepada celaan terhadap Dammaj.
Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhaliy pun berbicara tentang asy-Syaikh Yahya disebabkan celaannya (asy-Syaikh Yahya) terhadap asy-Syaikh Rabi’ dan selain beliau. Asy-Syaikh Yahya pun balik mencela beliau (asy-Syaikh Muhammad al-Madkhaliy), yang menjadikan fitnah ini semakin besar.
Para masyayikh masih meneruskan sikap untuk bersabar dan menjaga dakwah serta ukhuwwah. Orang-orang yang fanatik kepada asy-Syaikh Yahya mencaci dan mencela para masyayikh tersebut di hadapan masyayikh as-Sunnah di negeri al-Haramain dan selain mereka. Para masyayikh pun masih berhadap sekiranya ada dari asy-Syaikh Yahya dan orang-orang yang fanatik kepadanya, semangat untuk menghentikan perselisihan dan memperbaiki hubungan dengan para masyayikh. Tetapi hal ini tidak terjadi sedikit pun, bahkan terjadi sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Aku tambahkan, sesungguhnya asy-Syaikh Rabi’ dalam majelis malam Rabu tanggal 1 Jumadal Ula 1434H (12 Maret 2013 M), beliau berfatwa tentang asy-Syaikh Yahya al-Hajuriy dengan ucapan yang telah menyebar dan diketahui oleh orang yang jauh maupun dekat.
Di antara ucapan beliau tentang asy-Syaikh al-Hajuriy, “Wajib untuk memaksa dia merubah tata caranya, jika dia terus di atas caranya ini, maka akan menjadikan fitnah ini tidak ada bandingannya.” Dan beliau berkata, “Aku terus menasehati dia berkali-kali, terkadang aku menasehatinya sampai 2,5 jam, tapi dia tidak mau mendengar, berjanji tapi tidak menepati janji-janjinya.” Beliau berkata, “Kami telah duduk bersamanya, kami pun telah berbicara kepadanya, tetapi dia tidak mendengar.” Beliau berkata, “Murid-muridnya adalah orang-orang yang melampaui batas, sikap berlebihan yang tidak ada tandingannya.” Selesai. Inilah ucapan asy-Syaikh Rabi’.
Sebagai ganti dari sikap penerimaan asy-Syaikh Yahya al-Hajuriy terhadap saran untuk merubah caranya yang dia berjalan di atasnya, ia malah mengeluarkan kaset yang berjudul An-Nushhu ar-Rafi Li asy-Syaikh Rabi’ dan membantah ucapan asy-Syaikh Rabi’ paragraf demi paragraf. Di antara yang dia ucapkan di tengah bantahannya atas ucapan asy-Syaikh Rabi’, “Wajib untuk memaksa dia merubah tata caranya” maka asy-Syaikh al-Hajuriy berkata, “Aku adalah pelaku dakwah, bagaimana engkau memaksaku sementara di belakangku ada ribuan orang!! Wa lillaahil hamd, seluruh mereka di atas sunnah, jika aku mengucapkan suatu perkataan maka mereka akan mengucapkan yang lebih banyak darinya – demi Allah – aku berada di tengah dada-dada mereka – sekarang – dari bantahan, bagaimana engkau akan memaksaku?!”
Dan di antara ucapan asy-Syaikh al-Hajuriy dalam bantahannya terhadap ucapan asy-Syaikh Rabi’, “Ucapan yang keluar karena kemarahan dan ketergesaan, sampai-sampai sebagian orang yang hadir memberitahuku bahwa dia (yakni asy-Syaikh Rabi’) berbicara dalam keadaan gemetar!!”
Maka perhatikanlah, wahai orang yang inshaf (adil), sikap asy-Syaikh al-Hajuriy ini terhadap para ulama yang memberi nasehat kepadanya dan sangat mengingingkan kebaikan untuknya.
Perselisihan yang dipimpin oleh al-Hajuriy ini menimbulkan berbagai efek (negatif), di antaranya:
- Dia membuka peluang bagi para muridnya untuk mencela para masyayikh tersebut tadi dan yang selain mereka melalui syair dan tulisan. Menerbitkan artikel-artikel dan tulisan-tulisan, buku-buku tentang mereka (para masyayikh). Di dalamnya terdapat banyak sikap melampaui batas, yang hal ini menunjukkan bahwa para murid tersebut turut serta dalam menjatuhkan ahli ilmu.
- Di masa terjadinya perselisihan, asy-Syaikh Yahya tidak menerima nasehat dari para masyayikh dalam setiap usaha pendamaian.
- Al-Hajuriy mencela sejumlah besar penuntut ilmu yang mustafid karena mereka tidak menyetujuinya atas perbuatannya tersebut.
- Orang-orang yang fanatik terhadap al-Hajuriy menanamkan perselisihan tersebut di antara ahlus Sunnah di seluruh alam. Ini di antara yang menyebabkan mudharat terhadap Ahlus Sunnah dan timbulnya perpecahan di antara mereka. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.
Ini adalah secara garis besar tentang apa yang telah terjadi. Para ulama telah mempelajari tindakan asy-Syaikh Yahya dalam perselisihan ini selama jangka waktu lebih dari tujuh tahun, manhaj yang dia berjalan di atasnya, itu bukan sekedar ketergelincirannya.
Sudah diketahui bahwa suatu kesalahan jika menggelincirkan seorang ‘ulama maka ia akan diperingatkan dari kesalahan tersebut. Maka bagaimana dengan seorang yang menempuh manhaj yang menyelisihi manhaj ahlul ilmi di masa silam maupun di masa ini. Berloyalitas dan memusuhi karenanya!! Bukankah peringatan darinya dan dari manhaj-nya itu lebih utama dan lebih pantas?!
Sebagai penutup, aku menasehati saudara-saudaraku ahlus sunnah secara umum dan para penuntut ilmu secara khusus untuk menghadapkan diri secara penuh untuk mencari ilmu yang bermanfaat, beramal dengannya, berdakwah kepada Allah, dan tunduk dengan sempurna kepada nash-nash syariat yang suci. Juga untuk rujuk kepada pihak yang Allah perintahkan untuk rujuk kepadanya, yaitu para ‘ulama, khususnya ketika terjadi fitnah. Aku wasiatkan juga untuk mengambil nasehat dan arahan mereka, menjauh dari sikap ta’ashshub dan taqlid buta. Jika tidak, maka ditakutkan akan terjadi pada orang yang fanatik dan terjun ke dalam fitnah itu pada hal-hal yang tidak terpuji akibatnya.
Allah sajalah yang aku minta untuk menyatukan kembali kekuatan Ahlus Sunnah, memberi taufik mereka semua kepada perkara yang Dia cintai dan Dia ridhai. Sesungguhnya Dia adalah pemiliknya dan yang mampu atasnya.
Ditulis oleh:
Abu Nashr Muhammad bin ‘Abdillah al-Imam
Darul Hadits Ma’bar
26 Jumadal Ula 1434 H (8 April 2013)
[1] Yakni sebagaimana diketahui bahwa ikhwah ahlus sunnah di ‘Adn telah menyiapkan tanah untuk ma’had dan kavlingan untuk perumahan di Fuyus – ‘Aden. Asy-Syaikh ‘Abdurrahman diminta sebagai pengampu ma’had baru tersebut. Tentu saja minat ahlus sunnah untuk mendaftar sangat besar. Mengingat keterbatasan tempat, maka perlu ada upaya pendataan dan pengaturan yang baik. Maka dilakukanlah proses pendataan tersebut.
[2] Yaitu ucapan negatif dan vonis hizbi terhadap Asy-Syaikh ‘Abdurrahman.
Amma ba’du.
Allah tabaraka wa ta’ala berfirman:
Allah jalla wa ‘ala berfirman:
Al-Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dari hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Inilah. Dan sesungguhnya aku telah membaca apa yang ditulis oleh tangan berdosa Yahya al-Hajuriy, berupa kebohongan dan kedustaan. Termasuk pula ucapan batil yang tidak akan keluar dari seorang yang takut kepada Allah ‘azza wa jalla dan yang mengetahui bahwa dia akan berdiri di hadapan Allah ta’ala. Di antara ucapan batil yang dibuat-buat dan jelas-jelas merupakan ucapan yang murni rekaan itu ialah:
Ucapannya, “Bahwa asy-Syaikh Rabi’ berkata, ‘Jauhkanlah al-Hajuriy dari kursi itu, dan hendaknya sudah ada penggantinya.”
Sesungguhnya perkataan yang diucapkan oleh Yahya al-Hajuriy ini, demi Allah dan demi Allah dan demi Allah, asy-Syaikh Rabi’ tidak mengatakannya. Dan aku pun tidak mendengar dari beliau, dan aku tidak pernah menukilnya dari beliau. Hanya saja, perkataan ini berasal dari kantong Yahya al-Hajuriy, dan di antara perkara-perkara yang ia buat-buat.
Dan inilah Syaikhuna Rabi’ – semoga Allah memberi taufik kepada beliau –, beliau masih hidup dan dikaruniai rezeki. Tanyalah kepada beliau, “Siapakah yang jujur dalam hal ini? Abu Malik ar-Riyasyi ataukah Yahya al-Hajuriy? Dan siapakah yang telah dikenal dengan kedustaan dan rekaan, Abu Malik ataukah Yahya al-Hajuriy?”
Al-Hajuriy adalah seorang yang telah diketahui oleh ahlul ilmi dan para dai ke jalan Allah, serta para penuntut ilmu yang pernah duduk dan bergaul dengannya bahwa dia telah dikenal dengan kebohongan. Dan sesungguhnya dia telah dikenal dengan kedustaan, pengaburan (talbis), tipu daya, dan khianat.
Dan juga, sesungguhnya aku tidak pernah mendengar omong kosong yang al-Hajuriy banyak mengucapkannya dan pura-pura menangis karenanya dari Syaikhuna Muhammad al-Wushabiy, dan aku tidak pernah menukil ucapan seperti ini dari beliau, sementara beliau masih hidup dan terus mendapat rezeki. Maka tanyakanlah kepada beliau, “Siapakah yang jujur dalam permasalahan ini, Abu Malik ar-Riyasyi ataukah Yahya al-Hajuriy si pembohong dan pendusta?”
Demikianlah. Dan aku nasehatkan kepada setiap saudara Salafy untuk tidak menyibukkan diri dengan perkara-perkara tak berguna dari Yahya al-Hajuri yang dibangun di atas kebohongan, kedustaan, dan keinginan untuk menang dengan cara batil. Dan hendaknya setiap saudaraku Salafy tetap konsentrasi dalam kegiatannya mencari ilmu yang bermanfaat, pelajaran, dakwah kepada Allah, melakukan tahqiq, dan menulis.
Dan aku nasehatkan kepada mereka untuk tidak menyibukkan diri dengan selain perkara bermanfaat yang memberi faedah kepada mereka dalam urusan agama dan dunia. Karena sesungguhnya al-Hajuriy adalah seorang laki-laki pengangguran, tidak punya kegiatan, tidak memiliki semangat untuk menjaga waktunya. Dia adalah seorang laki-laki yang terfitnah, banyak omong, silat-lidah, dan berdebat dengan kebatilan.
Dan kepada masyayikh kami seluruhnya di Yaman maupun di luar Yaman, agar menjelaskan yang sebenarnya dalam fitnah ini. Dan bahwasanya al-Hajuriy lah yang menyalakan dan mengobarkan fitnah, dialah yang berbohong di dalamnya dan menentang. Adapun pihak lain, baik para masyayikh, para dai, dan para penuntut ilmu, merekalah orang-orang yang dibuat-buat kebohongan atas mereka dan merekalah yang ditentang (oleh al-Hajuriy), tidak lebih dari ini.
Dan agar kita tidak tersibukkan dari urusan yang sedang kita jalani berupa ilmu, pelajaran, dakwah kepada Allah, menulis, dan tahqiq. Jangan tersibukkan dengan saling mencaci-maki, berbantah-bantahan, saling berlomba untuk menang dengan lelaki pengangguran dan kurang kerjaan ini dan siapapun yang terfitnah denganya.
Allah sajalah tempat meminta pertolongan, dan hanya kepada-Nya lah tempat bersandar. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
Semoga Allah senantiasa bershalawat dan mencurahkan keselamatan atas nabi kita, Muhammad, keluarga beliau, dan para sahabat beliau seluruhnya.
Ditulis oleh:
Abu Malik ar-Riyasyiy Ahmad bin ‘Ali bin al-Mutsanna al-Qufailiy
Pagi hari, Senin 5 Jumadal Akhirah 1434H
Daarul Hadits, Ma’bar – semoga Allah menjaganya –
SUMBER : http://dammajhabibah.net
TAHDZIR (PERINGATAN) ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN ‘ABDUL WAHHAB AL-WUSHABIY
DARI FITNAH AL-HAJAWURAH
أهل السنة سلميون، أهل السنة سلميون , ماعندهم أي فوضى وجودهم خير ونعمة وبركة للدولة وللبلاد والعباد.
… ولا يحتج محتج بفتنة الحجاورة، فيقول: نسمع منهم سبّاً وشتماً وهجراً، هذا يعتبر شذوذ هو في الأصل ما هو من منهج أهل السنة، في الأصل أهل السنة برآء من هذا، أهل السنة يتحملون المخالف لهم إذا كان هو من أهل السنة ويترفقون به ويحترمونه . حصل خلاف بين الصحابة، وبين العلماء، وبين الأئمة، لو تقرأ أنت مثلًا في مذهب الإمام الشافعي -رحمة الله عليه-، أو الإمام مالك، أو أحمد، أو أبو حنيفة، فيه خلافات فقهية بينهم اجتهادية، مع وجود الاحترام والتقدير، لا سباب ولا لعان ولا شتام، ولا مهاجرة، ولا مقاطعة، ولا ملازم، ينزلونها ضد بعضهم البعض أبدًا، هذا لا وجود له في التاريخ، لم يوجد إلا في هذه الفرقة , فرقة الحجاورة، والسنة بريئة من هذا، إي والله السنة بريئة من هذا كل البراءة الحمد لله ، … هي بدعة عصرية حجورية شاذة، الإسلام بريء منها الإسلام بريء من هذه المعاملة الشرسة، السنة بريئة كل البراءة. فنقول له هذا شيء خارج عن المنهج السلفي.[المحاضرة التي ألقاها في المركز القديم لدار الحديث السلفية العلمية بالشحر بتاريخ الأحد 18 محرم 1434 هـ الموافق 2 ديسمبر 2012 م ]
Ahlus sunnah adalah orang-orang yang selamat, ahlus sunnah adalah orang-orang yang sejahtera. Tidak ada satu pun kekacauan di tengah-tengah mereka. Keberadaan mereka adalah sebuah kebaikan, kenikmatan, dan keberkahan bagi negara, seluruh penjuru negeri, dan bagi semua hamba.
Jangan sampai ada seorang pun yang berhujjah dengan fitnah al-Hajawurah sehingga dia berkata, “Kami mendengar dari mereka celaan, caci-maki, dan pemboikotan.” Ini adalah sesuatu yang ganjil. Pada asalnya itu bukanlah termasuk manhaj ahlus sunnah. Pada asalnya, ahlus sunnah berlepas diri dari hal-hal seperti ini. Ahlus sunnah bersabar terhadap orang yang menyelisihi mereka, jika orang yang menyelisihi tersebut masih termasuk ahlus sunnah. Ahlus sunnah bersikap lembut kepadanya dan menghormatinya.
Pernah terjadi perselisihan di antara para sahabat, di antara para ulama, dan juga di antara para imam. Sekiranya engkau membaca dalam madzhab al-Imam asy-Syafi’i – rahmat Allah atas beliau – atau al-Imam Malik atau al-Imam Ahmad atau al-Imam Abu Hanifah. Terjadi padanya banyak perbedaan fiqih di antara mereka yang sifatnya ijtihadiyah. Terjadinya perbedaan ini, tetap disertai dengan pemuliaan dan penghormatan, tidak ada yang mencela, melaknat, mencaci-maki, tidak ada boikot, tidak ada pemutusan hubungan dan tidak ada penyebaran tulisan-tulisan. Mereka senantiasa menghormati satu sama lain. Peristiwa yang seperti ini (celaan, caci-maki, dan pemboikotan) tidak pernah terjadi dalam sejarah, tidak terjadi kecuali hanya pada firqah (kelompok) ini saja, firqah al-Hajawurah. Dan as-Sunnah berlepas diri dari hal-hal yang seperti ini. Ya, demi Allah, as-Sunnah berlepas diri sepenuhnya dari hal seperti ini. Alhamdulillah.
… Itu adalah bid’ah pada masa kini, bid’ah Hajuriyah yang nyeleneh. Islam berlepas diri darinya, Islam berlepas diri dari muamalah yang buruk ini. As-Sunnah berlepas diri sepenuhnya. Maka kita katakan kepadanya, “Ini adalah sesuatu yang keluar dari manhaj salafy.”
[Dari muhadharah yang beliau sampaikan di ma'had lama dari Darul Hadits as-Salafiyyah al-‘Ilmiyyah di Syihr, hari Ahad tanggal 18 Muharram 1434 yang bertepatan dengan tanggal 2 Desember 2012]
نسألُ اللهَ العافية ونعوذ بالله من القلوب القاسية الحَجريّة المُتحجّرة، نعوذُ بالله من القُلوب القاسية الحَجريّة، القَلب إذا تحجّر وصار مثل الحجر –نعوذ بالله-. [ من المحاضرة العلمية التي ألقاها شيخنا ووالدنا الشيخ العلامة أبو إبراهيم محمد بن عبد الوهاب الوصابي (حفظه الله) والتي ألقاها بعد صلاة عصر يوم الثلاثاء 27 محرم 1434 هـ الموافق لـ 11 ديسمبر 2012 م في مسجد الإيمان بحي السنافر بمديرية المنصورة بمحافظة عدن ]
Kami memohon kepada Allah agar memberi kita keselamatan, kami berlindung kepada Allah dari hati-hati yang keras membatu. Kami berlindung kepada Allah dari hati yang keras seperti batu, hati yang jika mengeras maka akan menjadi seperti batu.
[ Dari sebuah muhadharah ilmiah yang disampaikan oleh Syaikh dan Walid kita, asy-Syaikh al-‘Allamah Abu Ibrahim Muhammad bin ‘Abdil Wahhab al-Wushabiy – hafizhahullah – dan yang beliau sampaikan setelah shalat ‘Ashr pada hari Selasa 27 Muharram 1434H yang bertepatan dengan tanggal 11 Desember 2012 di Masjid al-Iman, di Desa as-Sanafir, Mudiriyyah al-Manshurah, propinsi ‘Adn]
الحَجُوري لم نقُل يومًا من الأيّام أنّه كافر –معاذ الله-! وإنّما قُلنا بأنّه: مُبتدعٌ ابتدع في دين الله ما ليسَ منهُ؛ شرّع تشريعات ما أنزل الله بها من سُلطان. فهُو شرّع هذه البدعة الخبيثة الهجر والمُقاطعة والمُدابرة وعدم السّلام والكلام ولو كان لِسنين طويلة من أجل مسألة اجتهاديّة! عليهِ أن يتُوبَ إلى الله عزّ وجلّ من هذه البِدعة التي هِي بدعة ضلالة وتُعتَبر من الكبائر أنّه ضلّل. فهذه بدعةٌ في الدِّين: الإلزام؛ إلزام النّاس بالتّقليد، وأيضًا: الهجر على مسائل اجتهاديّة. فهاتانِ بدعتان من بِدعٍ كثيرة!!
[ من إجابة والدنا الشيخ العلامة أبي إبراهيم محمد بن عبد الوهاب الوصابي ـ حفظه الله ـ كبير علماء السنة باليمن على الأسئلة في المحاضرة التي ألقاها سماحته بمدينة عتق ليلة الاثنين 26 محرم 1434 هـ ]
Al-Hajuri, kami tidak pernah mengatakan bahwa dia telah kafir, kami berlindung kepada Allah! Kami hanyalah mengatakan bahwa sesungguhnya dia ini mubtadi’, telah membuat-buat kebid’ahan dalam agama Allah yang bukan termasuk darinya. Dia telah banyak membuat syariat-syariat yang Allah tidak pernah menurunkan keputusan sedikit pun tentangnya.
Dia (al-Hajuri) telah membuat bid’ah yang kotor ini: pemboikotan, pemutusan hubungan, saling membelakangi, tidak mengucap salam, tidak berbicara meskipun bertahun-tahun lamanya hanya karena satu permasalahan ijtihadiyah! Dia wajib untuk bertaubat kepada Allah ‘azza wa jalla dari bid’ah yang merupakan bid’ah kesesatan ini. Dan juga termasuk di antara dosa-dosa besar ialah karena ia telah menyesatkan (orang lain).
Ini adalah bid’ah dalam agama ini: pengharusan; mengharuskan orang lain untuk taqlid, demikian pula melakukan boikot disebabkan sebuah permasalahan ijtihadiyah. Ini adalah dua bid’ah dari bid’ah-bid’ah (hajuriyah) yang sangat banyak!!
[Diambil dari jawaban Waliduna asy-Syaikh al-Allamah Abu Ibrahim Muhammad bin ‘Abdul Wahhab al-Wushabiy – hafizhahullah – seorang pembesar ulama sunnah di Yaman, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam sebuah muhadharah yang beliau sampaikan di kota ‘Itq, Senin malam tanggal 26 Muharram 1434H]
Asy-Syaikh Rabi’ Berlepas Diri
Dari Perkara yang Dinisbahkan kepada Beliau oleh
Sang Pendusta Sang Pembohong Yahya bin ‘Ali al-Hajuri
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam atas Nabi-Nya, Muhammad dan keluarga serta para sahabat beliau.Amma ba’du.
Allah tabaraka wa ta’ala berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُم فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَومًا بِجَهَالَةٍ فَتُصبِحُوا عَلَى مَا فَعَلتُم نَادِمِينَ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujurat: 6)Allah jalla wa ‘ala berfirman:
﴿إِنَّمَا يَفتَرِي الكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤمِنُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الكَاذِبُونَ﴾
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (An-Nahl: 105)Al-Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dari hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَن خَاصَمَ فِي بَاطِلٍ وَهُوَ يَعلَمُهُ، لَم يَزَل فِي سَخَطِ اللهِ حَتَّى يَنزِعَ عَنهُ، وَمَن قَالَ فِي مُؤمِنٍ مَا لَيسَ فِيهِ أَسكَنَهُ اللهُ رَدغَةَ الخَبَالِ حَتَّى يَخرُجَ مِمَّا قَالَ
“Barang siapa berdebat dalam kebatilan yang ia sendiri mengetahuinya, maka dia terus-menerus berada dalam kemurkaan Allah sampai ia berhenti darinya. Dan barang siapa mengatakan sesuatu tentang seorang mukmin yang sesuatu itu tidak ada padanya, maka Allah akan menempatkan dia dalam lumpur nanah sampai dia keluar dari perkataannya itu.”Inilah. Dan sesungguhnya aku telah membaca apa yang ditulis oleh tangan berdosa Yahya al-Hajuriy, berupa kebohongan dan kedustaan. Termasuk pula ucapan batil yang tidak akan keluar dari seorang yang takut kepada Allah ‘azza wa jalla dan yang mengetahui bahwa dia akan berdiri di hadapan Allah ta’ala. Di antara ucapan batil yang dibuat-buat dan jelas-jelas merupakan ucapan yang murni rekaan itu ialah:
Ucapannya, “Bahwa asy-Syaikh Rabi’ berkata, ‘Jauhkanlah al-Hajuriy dari kursi itu, dan hendaknya sudah ada penggantinya.”
Sesungguhnya perkataan yang diucapkan oleh Yahya al-Hajuriy ini, demi Allah dan demi Allah dan demi Allah, asy-Syaikh Rabi’ tidak mengatakannya. Dan aku pun tidak mendengar dari beliau, dan aku tidak pernah menukilnya dari beliau. Hanya saja, perkataan ini berasal dari kantong Yahya al-Hajuriy, dan di antara perkara-perkara yang ia buat-buat.
Dan inilah Syaikhuna Rabi’ – semoga Allah memberi taufik kepada beliau –, beliau masih hidup dan dikaruniai rezeki. Tanyalah kepada beliau, “Siapakah yang jujur dalam hal ini? Abu Malik ar-Riyasyi ataukah Yahya al-Hajuriy? Dan siapakah yang telah dikenal dengan kedustaan dan rekaan, Abu Malik ataukah Yahya al-Hajuriy?”
Al-Hajuriy adalah seorang yang telah diketahui oleh ahlul ilmi dan para dai ke jalan Allah, serta para penuntut ilmu yang pernah duduk dan bergaul dengannya bahwa dia telah dikenal dengan kebohongan. Dan sesungguhnya dia telah dikenal dengan kedustaan, pengaburan (talbis), tipu daya, dan khianat.
Dan juga, sesungguhnya aku tidak pernah mendengar omong kosong yang al-Hajuriy banyak mengucapkannya dan pura-pura menangis karenanya dari Syaikhuna Muhammad al-Wushabiy, dan aku tidak pernah menukil ucapan seperti ini dari beliau, sementara beliau masih hidup dan terus mendapat rezeki. Maka tanyakanlah kepada beliau, “Siapakah yang jujur dalam permasalahan ini, Abu Malik ar-Riyasyi ataukah Yahya al-Hajuriy si pembohong dan pendusta?”
Demikianlah. Dan aku nasehatkan kepada setiap saudara Salafy untuk tidak menyibukkan diri dengan perkara-perkara tak berguna dari Yahya al-Hajuri yang dibangun di atas kebohongan, kedustaan, dan keinginan untuk menang dengan cara batil. Dan hendaknya setiap saudaraku Salafy tetap konsentrasi dalam kegiatannya mencari ilmu yang bermanfaat, pelajaran, dakwah kepada Allah, melakukan tahqiq, dan menulis.
Dan aku nasehatkan kepada mereka untuk tidak menyibukkan diri dengan selain perkara bermanfaat yang memberi faedah kepada mereka dalam urusan agama dan dunia. Karena sesungguhnya al-Hajuriy adalah seorang laki-laki pengangguran, tidak punya kegiatan, tidak memiliki semangat untuk menjaga waktunya. Dia adalah seorang laki-laki yang terfitnah, banyak omong, silat-lidah, dan berdebat dengan kebatilan.
Dan kepada masyayikh kami seluruhnya di Yaman maupun di luar Yaman, agar menjelaskan yang sebenarnya dalam fitnah ini. Dan bahwasanya al-Hajuriy lah yang menyalakan dan mengobarkan fitnah, dialah yang berbohong di dalamnya dan menentang. Adapun pihak lain, baik para masyayikh, para dai, dan para penuntut ilmu, merekalah orang-orang yang dibuat-buat kebohongan atas mereka dan merekalah yang ditentang (oleh al-Hajuriy), tidak lebih dari ini.
Dan agar kita tidak tersibukkan dari urusan yang sedang kita jalani berupa ilmu, pelajaran, dakwah kepada Allah, menulis, dan tahqiq. Jangan tersibukkan dengan saling mencaci-maki, berbantah-bantahan, saling berlomba untuk menang dengan lelaki pengangguran dan kurang kerjaan ini dan siapapun yang terfitnah denganya.
Allah sajalah tempat meminta pertolongan, dan hanya kepada-Nya lah tempat bersandar. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
Semoga Allah senantiasa bershalawat dan mencurahkan keselamatan atas nabi kita, Muhammad, keluarga beliau, dan para sahabat beliau seluruhnya.
Ditulis oleh:
Abu Malik ar-Riyasyiy Ahmad bin ‘Ali bin al-Mutsanna al-Qufailiy
Pagi hari, Senin 5 Jumadal Akhirah 1434H
Daarul Hadits, Ma’bar – semoga Allah menjaganya –
SUMBER : http://dammajhabibah.net
AWAS BAHAYA GERAKAN HAJURIYAH HADDADIYAH
Alhamdulillah setelah sekian lama Al Ustadz Abul Mundzir Dzul Akmal Riau
berada di sisi Hajuriyun Pendusta Muhsin Abu Hazim Magetan hadahullah dan bahkan sempat memintakan izin Dauroh Nasional Hajuriyah di kota Ngawi (seputar penyelenggaraannya terbukti diliputi penipuan dan kedustaan) ke Syaikh Robi’ hafizhahullah maka dengan taqdir Allah Ta’ala beliau pula yang membawa pulang fatwa Syaikh Robi’ dan Syaikh Muhammad bin Hadi hafizhahumullah yang tegas mentahdzir YAHYA AL-HAJURI beserta corong-corong kesesatannya dan melarang Salafiyyin pergi ke Dammaj untuk belajar kepadanya. Sebagaimana yang beliau sampaikan pada majelis ta’lim malam ahad 1 Sya’ban 1432 H/ 2 Juli 2011 M di Masjid Utsman bin Affan Ma’had
Ta’zhim As Sunnah Riau.
Tak lupa kami menyeru pula kepada segenap Hajuriyyun Haddadiyun agar bertaubat kepada Allah.
Dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan dengan membantu Al Hajuri dan kroni-kroninya dalam mencabik-cabik dakwah Salafiyyah di seluruh penjuru dunia! Sungguh kalian tidak akan mampu menanggung adzabNya. Wal’iyadzubillah.
Takutlah kepada Allah, tutuplah situs kalian wahai Abu Hanun dan Abu Yahya Adz Dzahabiy. Tidakkah kalian berdua merasa bahwa dengan wasilah kalian berdua maka fitnah dan keganasan Hajuriyyun semakin menjadi-jadi dalam merobek-robek barisan Ahlussunnah??. Sekarang sambutlah uluran tangan dari kedua ayah kita (Asy Syaikh Robi’ dan Asy Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahumullah) setelah sebelumnya kalian campakkan uluran tangan Asy Syaikh Ubaid dan Asy Syaikh Abdullah Bukhari beserta Masyayikh Yaman lainnya hafizhahumullah.
Bukankah kalian mencari tambahan pengikut dengan memasang pujian Asy Syaikh Robi’ terhadap Al Hajuri di situs-situs fitnah kalian? Janganlah kalian terus berkubang di atas dosa permusuhan dan kedustaan setelah Asy Syaikh Robi’ menentukan sikap tegas dan jelas terhadap Al Hajuri.
Jangan lagi kalian mau diperalat oleh Muhsin, Abu Turob dan kelompok Haddadiyun Hajuriyunnya setelah jelasnya sikap Masyayikh bagi kalian. Semoga Allah memberi hidayah kepada kalian semua dan semoga kita semua istiqamah di atas manhaj yang Haqq ini.
Jazakumullahu khairan kepada segenap asatidzah yang selama ini kokoh membentengi Salafiyyin dari rongrongan dan keganasan dakwah Hajuriyah Haddadiyah walaupun dengannya beliau hafizhahumullah harus memerima resiko cercaan, hujatan, vonis liar dan brutal dari Hajuri dan kroni-kroninya.
Inilah ayahanda Salafiyyin Ahlussunnah, Asy Syaikh Robi’ bin Hadi dan Asy Syaikh Muhammad bin Hadi hafizhahumallah mengulurkan tangannya kepada kita semua…maka sambutlah wahai Ahlussunnah..
Nukilan..
Asy Syaikh Robi’ hafizhahullah: YAHYA AL HAJURI MEROBEK-ROBEK DAKWAH SALAFIYAH DI SELURUH DUNIA!
Asy Syaikh Muhammad bin Hadi hafizhahullah: DIA (YAHYA AL HAJURI) LEBIH PARAH DARI FALIH AL HARBI (HADDADIYAH)
Selengkapnya…
http://www.4shared.com/audio/rnsV2STd/Majlis_Ustadz_Dzul_Akmal-Faeda.html
Download juga Bahaya Pemikiran Haddadiyah oleh al Ustadz Muhammad Afifuddin As Sidawy hafizhahullah
http://www.4shared.com/audio/dGbemQbz/bahaya_haddadiyah.html
Fatwa Asy Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah tentang Yahya al Hajuri dapat dilihat disini http://wahyain.com/forums/showthread.php?t=2154
Syaikh Muhammad bin Hadi al Madkhali hafizhahullah bela Syaikh Ubaid al Jabiri hafizhahullah, download disini http://www.4shared.com/audio/sU0pMYtF/Syaikh_Muhammad_Madkhali_bela_.html
Simak juga Memerangi Ahlussunnah, Membela dan Memuliakan Sang Pencuri di http://www.4shared.com/document/PeXOMFyV/MEMERANGI_AHLUS_SUNNAH_MEMBELA.html
SUMBER : http://www.tukpencarialhaq.com/