Bisa jadi kita telah sering mendengar syubhat yang dilontarkan untuk menampakkan Salafiyun dengan gambaran yang buruk dengan mencibir mereka sebagai Jama’ah Tahdzir, bisanya hanya tahdzir mentahdzir, memalingkan umat dari dakwah tauhid, tidak memiliki perhatian terhadap ilmu lainnya, atau bahkan dicap menggugurkan ilmu yang lainnya seperti ucapan:
“Kemudian juga dari hal yang bertentangan dengan ilmu dan tidak menghormati menghargai para ulama, seorang mengambil satu bagian dari ilmu setelah itu dia gugurkan yang lainnya, dia gugurkan yang lainnya, iya. Nah ini termasuk aneh bin ajaib memang, terlihat pada sebagian penuntut ilmu. Masya Allah kalau masuk di dalam pembahasan tahdzir mentahdzir, sikap terhadap ahlul bid’ah atau baca buku tentang itu masya Allah, iya, semangat sekali untuk hadir, iya.
Kita tidak meragukan bahwa mentahdzir ahlul bid’ah itu adalah bagian yang pokok dari agama kita ahlussunnah, iya dari ushul ahli sunnah, iya, dari ushul Ahlisunnah tapi harus dipahami bahwa para ulama ahlissunnah menekankan pembahasan akidah di seluruh cabangnya bukan di satu mas alah saja, iya. Dia hanya ambil di satu masalah setelah itu masalah yang lainnya dia gugurkan, iya, dia tidak pelajari masalah yang lainnya. Gak pernah dia pelajari tafsir Al Qur’an, tidak pula dia menghormati mempelajari ilmu fiqih, iya. Tidak pula dia menghormati mempelajari apa namanya ilmu akidah secara umum. Dia mengambil satu bab saja, meninggalkan bab yang lainnya, nah ini bukan orang yang mengagungkan ilmu dan mengagungkan para ulama. Itu bertentangan dengan konsekwensi ilmu dan bertentangan dengan jalan para ulama, iya bertentangan dengan jalan para ulama.”File audio:
atau download di sini
Sebelum menjawab tuduhan yang sangat tendensius di atas, kami akan bertanya:
1. Siapa yang engkau maksud dari ucapanmu, apakah Hizbiyun atau Salafiyun?! Yang nampak dari ucapanmu yang engkau tuduh adalah penuntut ilmu dari kalangan Salafiyun, karena mereka adalah orang-orang yang semangat membantah siapa saja yang salah dengan hujjah ilmiah dengan bimbingan para ulama.
Gambar 1. Screenshot bantahan itu termasuk ilmu
2. Siapa Penuntut Ilmu dari Salafiyun yang mengambil satu bagian dari ilmu kemudian dia menggugurkan yang lainnya, atau mengambil satu bab saja dan meninggalkan bab yang lainnya?!
3. Siapa Penuntut Ilmu dari Salafiyun yang tidak pernah mempelajari tafsir Al Qur’an?! Walaupun individu tertentu ada, apakah boleh digunakan untuk menyerang Salafiyun yang mentahdzir umat dari individu atau kelompok dan pemahaman yang menyimpang?! Bukankah ini kezhaliman?!
4. Kalau ada Penuntut Ilmu dari Salafiyun yang memiliki semangat dalam membantah dengan ilmu dan bimbingan para ulama, di saat sedikit yang melakukannya dan sebagian yang lainnya lebih menyibukkan dengan bidang ilmu yang lain, apakah layak dicibir serta dituduh secara zhalim dan didustakan oleh fakta bahwa mereka hanya menyibukkan membantah saja?! Ataukah bukti seseorang memiliki ilmu yang luas serta tidak menggugurkan ilmu yang lainnya adalah tersebarnya pamflet daurah fiqih 3, 5 dan 10 hari?!
5. Bukankah membantah juga membutuhkan ilmu bahasa, akidah, tafsir, hadits, ushul fikih dan yang lainnya?! Apakah mungkin seseorang bisa membantah tanpa memperhatikan ilmu-ilmu ini?! Bukankah berbagai bantahan para ulama mengandung ilmu-ilmu tersebut?!
6. Lalu apa kesalahan dari Penuntut Ilmu yang memiliki semangat dalam mendalami ilmu jarh wa ta’dil sebagaimana apa salahnya orang yang memiliki kepedulian lebih dalam salah satu ilmu semisal ilmu fiqih, tafsir dan cabang-cabang ilmu lainnya?!
7. Kalau engkau menuntut Salafiyun untuk tidak mengambil satu bagian dari ilmu kemudian dia menggugurkan yang lainnya, atau mengambil satu bab saja dan meninggalkan bab yang lainnya, alhamdulillah Salafiyun telah melakukannya sebelum engkau tuntut dan Allah sebaik-baik saksi kemudian kaum Muslimin juga menjadi saksi. Maka sekarang giliran kami balik menuntut, mana bantahanmu terhadap teman-temanmu yang jebolan Jami’ah Islamiyah dan telah berguru kepada para ulama tetapi memilih meminjam uang bank (berapa ratus juta?) untuk mengembangkan sekolah “salafy” tanpa rasa malu kepada Allah kemudian kepada hamba-hamba-Nya?! Mana bantahanmu terhadap teman dekatmu yang melecehkan ulama besar seperti Asy-Syaikh Rabi hafizhahullah?! Mana bantahanmu terhadap orang-orang dekatmu yang meyakini bahwa Hizbiyyun Halabiyun itu merupakan Salafiyun Ahlussunnah?!!
Gambar 2. Munajat Darul Fitnah Yogyakarta Menolak Vonis Sururi
Mana bantahanmu terhadap vonis Hizbi terhadap Salafiyun Yogyakarta yang dikeluarkan oleh orang dekatmu, Munajat Al Ilmu Darussunnah ataukah justru diammu merupakan bukti engkau membenarkan dan mendukungnya?!
Gambar 3. Screenshot fitnahan keji pembunuhan terhadap Salafiyun Makasar dimuntahkan di fb Munajat dan saksikanlah Mufti Munajat Al Ilmu Darussunnah Yogyakarta telah mengeluarkan vonis “gerombolan hizby” kepada Salafiyun Yogyakarta
Sungguh merupakan keanehan dan keajaiban yang luarbiasa yang diluarkebiasaan orang yang mengaku berilmu bahwa dirimu mampu diam seribu bahasa dari berbagai kejahatan khabits dan kemunkaran orang-orang di sekelilingmu dan lebih memilih untuk menyerang dan melecehkan Para Penuntut Ilmu Salafiyun yang mentahdzir umat dari kejahatan Ahlul Bid’ah dan orang-orang yang menyimpang!!
Bahkan, mana ikrar bantahanmu terhadap dirimu sendiri yang ngawur menyatakan bahwa karma mungkin ada dalam Islam?! Mana pula bukti bantahanmu terhadap kawan-kawanmu yang mendemostrasikan secara terbuka kepada segenap umat pergaulan bebas, dukungan gerakan rekonsiliasi dan demo makan pagi dan santap malam bersama Hizbiyyun bahkan gembong besarnya?!
Gambar 4. Screenshot hasungan terbuka manhaj pergaulan bebas, penyeru ishlah dengan Halabiyun, tokoh-tokoh dan pendukungnya.
Aneh binti Ajaib memang, engkau menyerang Salafiyun yang mentahdzir umat dari penyimpangan dan para tokoh kebatilannya dalam keadaan dirimu tidak menyodorkan bukti secuilpun ilmu bantahan/pengingkaran terhadap kebatilan terang benderang seperti bukti di atas kepada umat. Mungkinkah itu caramu dalam menggugurkan ilmu tahdzir mentahdzir demi mengagungkan ilmu “hikmah” dan penghormatan terhadap “ijtihad” ulama teman-temannya?!
Ataukah bagian dari pengagungan ilmu dan para ulama adalah mengorbankan, menjadikan tumbal orang-orang awam untuk menikmati, menimba ilmu dari salah satu corong terbesar dakwah Hizbiyun Halabiyun Rodja demi label dakwah “hikmahmu”?!
Gambar 5. Screnshot kaidah Aneh binti Ajaib, kaedah jungkir balik dengan label telah “mentahdzir Rodja”
Tetapi ternyata para ulama Ahlussunnah, para penuntut ilmu dari kalangan salafiyin tidaklah mengajari kami untuk berjalan dengan kedua kaki berada di atas!! Dan bahkan mentahdzir dari bahayanya orang-orang yang memamerkan kaidah terbalik yang menjadikan orang awam sebagai umpan, makanan empuk corong-corong kesesatan! 3 Episode pembuktian ilmiyah dalam menyingkap kebatilan pemikiran orang semacam dirimu ini walhamdulillah telah tersaji di situs ini:
Jadi, siapakah yang layak terucap padanya aneh binti ajaib wahai fulan? Ahlussunnah yang mentahdzir umat dari orang-orang yang memiliki kaedah-kaedah aneh serta pemahaman jungkir balik lagi menyimpang ataukah orang-orang yang mengorbankan kaum muslimin awam sebagai umpan, makanan empuk corong-corong kesesatan dengan alasan hikmah dalam berdakwah?! Allahul musta’an.
Apakah membantah itu hanya cukup terhadap Ihya At-Turats dan Halabiyun saja?! Mana bukti bantahan dan pengingkaranmu terhadap kawan-kawanmu yang mengingkari ucapan Asy Syaikh Rabi’ terhadap Jafar Umar Thalib sebagaimana yang dinukil dan disebarluaskan oleh (kawanmu) Sofyan Ruray hadahumullah?! Ataukah mendiamkan dan atau melindungi pelaku dusta, kebohongan, pemilik syubhat-syubhat rusak dan sesat, pelaku pergaulan bebas, mujahirin memiliki sisi keutamaan yang lebih daripada Ahlussunnah yang mentahdzir umat dari penyimpangan dan para tokohnya?! Apakah kalau teman-temanmu yang salah dan menyimpang kalian saling menutup mata karena kalian sama-sama barisan sakit hati atau satu kepentingan?!
Gambar 6. Screenshot Termasuk dalam permasalahan ilmu adalah bantahan kepada orang yang menyimpang. Jika tidak demikian, maka apa buah dari ilmumu?
Sungguh ini adalah tuduhan zhalim dan didustakan fakta di dunia nyata.
Inilah dakwah para Nabi walaupun (pasti) ada yang memusuhi!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ
“Sesungguhnya tidak ada seorang nabipun sebelumku kecuali diwajibkan atasnya menerangkan seluruh kebaikan yang mereka ketahui kepada umatnya dan memberikan peringatan dari seluruh kejelekan yang ia ketahui” (HR. Muslim no.1844)
Maka dari sisi yang mana engkau diperbolehkan oleh syariat untuk mencibir, menghinakan dan merendahkan serta memberikan gambaran-gambaran yang buruk terhadap Ahlussunnah yang mentahdzir umat dari ahlul bid’ah dan para penyeru kebatilan yang lainnya (dalam keadaan engkau boleh diam seribu bahasa dari pendusta (bahkan dirimu sendiri!) yang ada di sekelilingmu) sementara Ahlussunnah di sisimu tercacati kehormatannya karena mentahdzir umat dari orang-orang yang menyimpang?!
Gambar 7. Screenshot tujuan mereka (para penuduh itu) dengan pernyataan di atas adalah untuk memburukkan gambaran Salafiyyin. Namun mereka tidak memiliki hujjah, mereka pailit dari hujjah, mereka tdk memiliki kecuali kedustaan dan tuduhan.
Perlu juga diketahui bahwa kami –alhamdulillah– masih termasuk orang yang duduk di hadapan para ulama dan kami tidak hanya sibuk membantah atau membaca kitab-kitab rudud. Kami juga mempelajari tafsir tiap hari di hadapan syaikh kami. Di Fiyusy Asy-Syaikh Abdurrahman Mar’ie hafizhahullah dan di Ma’bar Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah mengajarkan Tafsir As-Sa’dy dan berbagai markas dakwah lainnya di negeri Yaman. Demikian juga kami belajar ushul fikih, akidah, hadits dan selainnya. Semoga Allah memberikan kami keikhlasan dan menjadikan semua yang kami pelajari bermanfaat bagi diri kami sendiri, keluarga dan ummat Islam terkhusus Salafiyun.
Jika engkau masih menutup mata, lihatlah di Mahad-mahad Ahlussunnah dan kajian-kajian di berbagai penjuru negeri yang diasuh oleh para asatidzah Ahlussunnah dan bawalah serta cermin tuduhanmu itu agar engkau tahu seberapa besar kezhaliman yang telah engkau tebarkan di tengah-tengah umat!
Berikut ini beberapa bantahan para ulama terhadap syubhat di atas yang sesungguhnya bukanlah syubhat baru tetapi hanyalah pengulangan dari syubhat-syubhat yang telah dilontarkan oleh musuh-musuh dakwah Ahlussunnah di negeri-negeri lainnya dan telah dibabat dan ditelanjangi pula kebatilannya oleh para ulama kita hafizhahumullah. Walhamdulillah.
Maka terimalah bingkisan ini wahai Penggembos Dakwah.
Asy-Syaikh Muhammad bin Hady hafizhahullah berkata: “Adapun jika engkau memperingatkan manusia dari kebatilan dan orang-orangnya serta dari semua sebab-sebab kesesatan maka engkau –menurut mereka– akan dianggap termasuk orang-orang yang ekstrim dan mudah emosi, engkau tidak mengerti sikap hikmah dalam dakwah. Jadi hikmah menurut mereka adalah dengan menelantarkan manusia, menipu mereka dan tidak menyampaikan nasehat kepada mereka.”
Sumber:
Asy-Syaikh DR. Ahmad Umar Bazmul hafizhahullah ditanya:
Pertanyaan : Syaikh Dr. Ahmad Bazmul, sebagian orang ada yang menghasut Salafiyun bahwa mereka tidak memiliki perhatian kecuali mengkritik dan mencari-cari kesalahan dan kekeliruan, mereka tidak memperdulikan ilmu. Selalu saja sebagian mereka mendengungkan ungkapan ini, atau yang dengan semakna ini, apa komentar Anda?
Asy-Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah menjawab:
Memang, kita dapati mereka yang sering menuduh Salafiyun dengan tuduhan ini, sebenarnya mereka adalah orang-orang yang juga tidak memiliki perhatian… tidak memiliki perhatian kecuali mencela dan membuat manusia lari dari Ahlus Sunnah dan dari Salafiyun. Maka mengapa dibolehkan bagi mereka kritikan dan tahdzir terhadap Ahlus Sunnah dengan cara yang batil, namun Ahlus Sunnah tidak boleh mentahdzir ahlul bid’ah wal ahwa’ berdasarkan kebenaran. Ini adalah jawaban pertama.
Gambar 8. Screenshot mengapa dibolehkan bagi mereka kritikan dan tahdzir terhadap Ahlus Sunnah dengan cara yang batil, namun Ahlus Sunnah tidak boleh mentahdzir ahlul bid’ah wal ahwa berdasarkan kebenaran?
Jawaban kedua: tuduhan yang menyatakan bahwa Salafiyun tidak memiliki perhatian kecuali mengkritik, maka ini adalah kedustaan terhadap mereka. Karena mereka (Salafiyun) memiliki perhatian yang besar dalam menyebarkan As-Sunnah dan aqidah yang benar, serta menyebarkan ilmu. Mereka memiliki perhatian terhadap pelajaran-pelajaran, dan mereka memiliki perhatian kepada setiap amalan yang membantu Islam dan kaum Muslimin.
Tujuan mereka (para penuduh itu) dengan pernyataan di atas adalah untuk melemparkan gambaran yang buruk terhadap Salafiyun. Namun mereka tidak memiliki hujjah, mereka bangkrut tanpa hujjah, mereka tidak memiliki kecuali kedustaan dan tuduhan. Jadi pelajaran-pelajaran Salafiyun di belahan timur dan barat bumi; di Saudi Arabia, di Kuwait, dan di negeri-negeri lainnya, bertebaran berkat karunia dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan aibnya buka pada mereka (Salafiyun); akan tetapi aib tersebut ada pada orang-orang yang mentahdzir dari pelajaran-pelajaran Salafiyun dan mentahdzir dari Salafiyun.
[Jawaban ketiga] Dan juga termasuk jawaban atas mereka, bahwa bantahan dan kritikan terhadap orang-orang yang menyimpang adalah termasuk dari bentuk penjagaan terhadap agama dan termasuk dari bentuk amar ma’ruf nahi munkar, dan itu merupakan jihad, bahkan lebih utama dibandingkan jihad dengan pedang, sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i dan selainnya dari kalangan para ulama bahwa membantah orang yang menyimpang adalah jihad.
Jawaban keempat: Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya yang mulia mereka mengingkari setiap orang yang menyelisihi kebenaran, mereka tidak diam, dan tidak berbasa-basi. Maka kita Salafiyun, kita berjalan di atas manhaj Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, berjalan di atas apa yang telah ditempuh oleh para sahabat radhiyallahu anhum, walaupun sedikit jumlah mereka dan walaupun banyak ahlul bathil di masa mereka (Salafiyun). Walaupun demikian mereka (Salafiyun) mengingkari kemungkaran, memerintahkan perkara yang ma’ruf dan melarang dari kemungkaran.
Maka apakah pantas aib itu dicapkan terhadap Salafiyun, yaitu diarahkan terhadap mereka?! Apakah ucapan ini dibenarkan? Demi Allah, ini tidak benar, orang yang memahami ucapannya tidak akan mengatakan perkataan semacam ini.
Juga sesungguhnya Salafiyun memiliki perhatian terhadap ilmu dan permasalahan-permasalahan ilmu. Termasuk dalam permasalahan ilmu adalah bantahan kepada orang yang menyimpang. Jika tidak demikian, maka apa buah dari ilmu? Engkau yang menuduh bahwa Salafiyun tidak memiliki perhatian kepada ilmu, berapa banyak ketergelinciranmu dan berapa banyak penyimpanganmu, dan engkau berada di pangkuan siapa? Engkau duduk dengan siapa? Engkau membela siapa? Engkau menganggap memiliki perhatian dalam aqidah dan mengklaim bahwa engkau yang terdepan dalam bidang aqidah dengan kedustaan dan kepalsuan, jadi apa buah dari ilmu itu?
Jika demikian maka engkau-lah yang telah mencela Salafiyun dengan menuduh sedikitnya perhatian mereka terhadap ilmu. Keluar darimu kalimat-kalimat kedunguan dan kalimat-kalimat bathil. Jadi apa buah dari ilmu yang engkau klaim itu. Itu hanya kalimat-kalimat yang kami tidak ingin menyebutkannya di majelis seperti ini. Dan kami tidak memaksudkan orang tertentu, karena kami mengetahui dengan yakin bahwa orang yang mengucapkan seperti ini tidaklah bersikap adil terhadap al-haq, dan bahwa orang seperti ini nicaya akan Allah timpakan kepadanya ketergelinciran-ketergelinciran yang buruk. Bukan karena dia membicarakan pihak-pihak tertentu, bukan. Akan tetapi karena dia telah memerangi al-haq, sebagaimana yang dinyatakan para ulama bahwa para pengekor hawa nafsu dan orang-orang yang memusuhi ahlul haq, akan dicabut akal-akal mereka sehingga mereka akan mengatakan ucapan yang –demi Allah– orang-orang awwam pun tidak akan mengatakannya, bahkan mereka merasa malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla untuk mengatakan sebagian ucapan, apalagi semuanya.
Gambar 9. Screenshot Keluar darimu kalimat-kalimat kebodohan… dan bahwa orang seperti ini nicaya akan Allah uji dengan ketergelinciran-ketergelinciran yang buruk. Bukan karena ia membicarakan sosok orang tertentu, bukan. Akan tetapi disebabkan ia telah memerangi al-haq.
Jika demikian, maka apa buah dari ilmu yang engkau klaim itu? Ini merupakan bencana bagi orang yang mengucapkannya tersebut, ilmu yang tidak memberikan manfaat kepada pemiliknya dan ilmu yang tidak mampu menegakkan al-haq dan membantah kebatilan. Demi Allah, tidak ada buah dari ilmunya, ilmu semacam itu justru hanya akan menjadi hujjah yang menyerang kita dan bukan hujjah yang akan membela kita. Wallahu a’lam.
Sumber artikel:
Beliau hafizhahullah juga berkata: “Termasuk musibah dalam perkara ini adalah dengan munculnya di tengah-tengah kita orang yang dikelilingi para pemuda (pengajar –pent) lalu mendidik mereka dengan menanamkan kaedah-kaedah yang menyelisihi manhaj salaf, karena dia menganggap bahwa hal ini lebih besar maslahatnya. Ini merupakan kesalahan, karena hal itu sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam Malik yang beliau riwayatkan dari beberapa guru beliau bahwasanya selama-lamanya tidak akan baik keadaan ummat ini kecuali dengan hal-hal yang menjadikan baik generasi awalnya, tidak ada jalan bagimu untuk meraihnya.
Jangan engkau katakan: demi Allah, sekarang menghadapi para pemuda dan berbagai fitnah serta berbagai masalah, kami mendidik mereka dengan menanamkan masalah-masalah ilmu dan kami tidak ingin mereka menjarh!
Memang benar, kita tidak ingin para pemuda lancang untuk melakukan jarh, tetapi kita menginginkan dari mereka untuk mengetahui siapa pihak-pihak yang dijarh oleh para ulama.”
Kemudian beliau hafizhahullah berkata:
“Kita ditimpa musibah dengan mereka orang-orang yang membuat-buat kaedah-kaedah semacam ini dan membuat-buat teori yang menyelisihi manhaj salaf dalam bentuk seorang syaikh salafy. Oleh karena itulah kita ditimpa musibah dengan banyaknya para pemuda yang sekarang menjadi penuntut ilmu yang mengingkari bantahan terhadap penyimpangan dan terhadap siapa saja yang menjelaskan kesalahan orang yang salah, seakan-akan pihak yang membantah berbagai penyimpangan tersebut yang dia ini berada di atas manhaj salaf, seakan-akan dia justru dianggap menyelisihi manhaj salaf, dan seakan-akan orang yang mendidiknya dengan kaedah-kaedah rusak tersebut dialah yang berjalan di atas manhaj salaf. Maka timbangan (parameter) menurut sebagian manusia menjadi apa?! Menjadi terbalik.”
Sumber artikel:
Beliau hafizhahullah juga berkata:
“Sebagian ikhwah salafiyyun telah bertanya kepadaku tentang syubhat yang dia dengar dari sebagian orang-orang yang memiliki keutamaan yang membuatnya bingung dan dia meminta kepadaku untuk menjawabnya, maka saya menjawabnya pada makalah yang ringkas ini. Saya memohon kepada Allah agar menjadikannya bermanfaat bagi saudara-saudaraku salafiyyun di semua tempat.
Syubhat tersebut adalah: Salafiyyun yang suka membantah manusia dan mencela mereka, kita tidak mendapati semacam yang mereka lakukan ini ada di masa para ulama kibar, seperti Asy-Syaikh Al-Imam Ibnu Baz, Al-Imam Ibnu Utsaimin dan Al-Imam Al-Albany. Kami tidak mendengar seorang pun yang datang dari masayaikh tersebut ada yang mengatakan, “Fulan berkata demikian dan fulan berkata demikian. Majelis para ulama tersebut semuanya berisi: “Allah berfirman demikian, Rasulullah bersabda demikian, dan para shahabat berkata demikian.” Majelis yang isinya ilmu. Seandainya kalian membaca Al-Qur’an atau As-Sunnah itu lebih bermanfaat bagi kalian dibandingkan ini.”
Lalu beliau hafizhahullah membantah syubhat ini, diantara jawaban beliau adalah:
“Keempat: Ajakan untuk membaca Al-Qur’an, membaca As-Sunnah serta kitab-kitab ilmu, ini berpahala dan tidak diingkari.
Tetapi bukankah bantahan terhadap orang yang menyelisihi kebenaran termasuk jihad yang agung?!
Bukankah bantahan terhadap orang yang menyelisihi kebenaran termasuk ilmu yang bermanfaat bagi umat yang mana sekarang ini jarang orang yang mau melakukannya, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh para ulama?!
Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al-jauziyyah rahimahullah berkata di dalam Miftaah Daaris Sa’aadah 1/271: “Jihad ada dua macam: jihad dengan tangan dan senjata, dan ini yang ikut andil banyak. Jihad yang kedua adalah dengan hujjah (dalil) dan penjelasan, dan ini merupakan jihad orang-orang khusus dari orang-orang yang mengikuti para rasul dan ini merupakan jihad para imam, dan ini merupakan jihad yang paling utama dari dua jenis jihad ini, karena besarnya kemanfaatannya, beratnya bekal serta banyaknya orang-orang yang memusuhinya.”
Al-Allamah Ahmad bin Yahya An-Najmy rahimahullah berkata di dalam Ta’siisul Ahkaam 5/264: “Jihad dengan ilmu dan lisan adalah menuntut ilmu syariat serta mempelajarinya dengan langsung berguru kepada masayaikh salafiyyun berupa ilmu Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi was sallam serta jalan yang ditempuh oleh salafus shalih. Kemudian jihad dengan cara menyebarkannya serta bersungguh-sungguh mengajak manusia untuk istiqamah di atasnya dengan mengajar, khutbah dan ceramah. Lalu berjihad melawan orang-orang yang menyimpang dari kalangan ahli bid’ah yang keluar dari dalil-dalil syariat dan menempuh jalan hizbiyah dan yang lainnya. Berjihad melawan mereka ini dengan cara menjelaskan bahaya mereka serta menampakkan rusaknya keyakinan mereka. Ini semua termasuk jihad fii sabilillah.”
Sumber:
Beliau hafizhahullah juga berkata:
“Bahkan sangat disayangkan –di masa ini dan dalam keadaan keterasingan yang kita rasakan– orang-orang yang menyimpang mendapati para penolong dan para pendukung yang bukan berasal dari pengikut mereka, bahkan dari orang-orang yang bersama kita di atas manhaj salaf dan kita menganggapnya sebagai para pembela manhaj ini. Duhai betapa berat dan parahnya keterasingan bagi orang-orang yang membela kebenaran. Hanya kepada Allah saja kita memohon pertolongan.”
Sumber artikel:
Permata Faidah dari Dauroh Asatidzah IX 1434 H (7)
Tahdzir merupakan bagian dari manhaj ahlus sunnah, …
Jangan ingin menyatukan umat pada satu pendapat dalam fiqh
Tidak diragukan bahwa madzhab-madzhab fiqh para ‘ulama telah meninggalkan warisan ilmiah yang tak ternilai dalam sejarah umat. Para ‘ulama tersebut memberikan perhatian besar terhadap dalil-dalil rinci dalam syari’at, memberikan pedoman dalam metode pengambilan istinbath dan menyelami makna-makna, serta menyimpulkan hukum untuk permasalahan-permasalahan kekinian. Hanya orang-orang yang sempit cara pandang dan sempit pemahamannya sajalah yang akan merasa tidak suka dengan hal tersebut, dan menginginkan untuk menghimpun umat hanya pada satu pendapat saja dalam fiqh.
Pada kesempatan kunjungannya ke Yaman, asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabari menyatakan ucapan yang sangat bagus. Kata beliau, “Permasalahn yang terjadi pada kalian adalah, kalian ingin menyatukan semua orang hanya pada pendapat saja dalam fiqh. Ini mustahil!” bukankah kalian tahu bahwa Bin Baz berbeda pendapat dengan al-’Utsaimin, atau sebaliknya al-’Utsaimin berbeda pendapat dengan Bin Baz dalam beberapa permasalahan ijtihadiyyah yang memang sangat mungkin terjadi perbedaan pendapat. Demikian juga para ‘ulama lainnya, terjadi perbedaan pendapat di antara mereka. namun para ‘ulama tersebut satu sama lain tetap saling menghormati dan saling menghargai. Ini dalam permasalahan fiqhiyyah ijtihadiiyah.
Kapan saling tasamuh (toleran), dan kapan tidak?
Namun ingat, janganlah sikap toleran dan kelapangan dalam permasalahan ijtihadiyyah diseret dan diletakkan pada permasalahan lain. Yaitu diseret untuk permasalahan aqidah dan manhaj.
“Kenapa Ahlus Sunnah berbeda pendapat dengan Ikhwanul Muslimin, bukankah Imam Malik, asy-Syafi’i, Ahmad saling berbeda pendapat, namun mereka tetap saling memuji?! Kenapa menyalahkan orang-orang sufiyyah, bukankah mereka mengucapkan Lailaha illallah juga? Bukankah mereka adalah saudara kita??! Kalian tidak paham Fiqhul Khilaf!!”
Apa yang mereka maukan dari “Fiqhul Khilaf”? yaitu jangan membantah ahlul bid’ah!! Ini maksud mereka.
Di sini tercampur antara barang baik dengan barang jelek. Sehingga dengan cara ini mereka hendak mengelabuhi umat, terutama generasi muda para penuntut ilmu. Mereka berkata dalam memuji tokoh-tokoh bid’ah dan merendahkan para ‘ulama, “Lihatlah pada si fulan, menunjukkan sikap toleran. Lihatlah akal sempurna yang ada padanya. Sementara mereka (‘ulama ahlus sunnah) tidak ada padanya kecuali terburu-buru, kedunguan, bisanya hanya mencela dan membongkar aib orang lain”, dengan cara ini mereka menjauhkan umat dari para ‘ulama ahlus sunnah.
Peran besar al-Jarh wat Ta’dil dan Tahdzir
Demi Allah, kalau bukan karena al-Jarh wat Ta’dil, kalau bukan karena tahdzir terhadap ahlul bid’ah, kalau bukan karena tahdzir terhadap orang-orang menyimpang, tidak akan sampai kepada kita Islam yang murni dan bersih. Tidak akan sampai as-Sunnah seperti yang antum berjalan di atasnya sekarang!
Perhatikan, bahwa sikap lapang dan toleran itu dalam permasalahan ijtihadiyyah yang memungkinkan terjadinya khilaf padanya. Di sini engkau harus lapang dada. Bin Baz bersedekap setelah ruku’, sementara al-Albani tidak bersedekap setelah ruku’. Maka siapa yang bersedekap atau tidak, maka ini permasalahan yang lapang. Satu sama lain tidak boleh saling mencela.
Adapun permasalahan aqidah dan manhaj, yang padanya pembelaan terhadap dakwah yang haq dan bantahan terhadap dakwah yang batil, kemudian dikatakan kenapa tidak ada toleransi, kenapa tidak ada kelapangan, kenapa kita tidak saling memberikan udzur dalam permasalahan yang kita berbeda? maka ini semua adalah ucapan yang batil.
Apabila kalian mendengar pernyataan para ‘ulama dalam sikap lapang dan toleran, serta bagaimana mereka saling memberikan udzur dalam permasalahan fiqhiyyah, maka itu semua dalam permasalahan ijtihadiyyah yang memungkinkan terjadi perbedaan pendapat padanya. Adapun permasalahan aqidah dan manhaj, maka tidak ada toleransi dan kelapangan di sini.
Namun tidak berarti menghalangi kita dari berdakwah dengan cara yang baik. Kita sampaikan penjelasan tentang al-haq dengan cara yang baik, jelaskan kebatilannya dan sampaikan nasehat. Kalau dia seorang dari ahlus sunnah wal Jama’ah, maka kita junjung tinggi dia, namun kebatilannya tetap harus ditolak. Ibnul Qayyim berkata tentang al-Harawi yang aqidahnya tercampur dengan kotoran-kotoran shufiyyah, “al-Harawi adalah orang yang kita cintai, namun kebenaran lebih kita cintai.”
Ucapan senada juga dikatakan oleh asy-Syaikh Muhammad Aman al-Jami ketika membantah satu kesalahan yang asy-Syaikh al-Albani terjatuh padanya, “Aku katakan kepada asy-Syaikh al-Albani ketika kami dulu di al-Jami’ah al-Islamiyyah, ‘Al-Albani adalah orang yang kami cintai, namun al-Haq lebih kami cintai.” Demikian kita katakan kepada setiap salafy/ahlus sunnah yang terjatuh pada kesalahan dan menyalahi kebenaran, “Kami mencintaimu, namun al-Haq lebih kami cintai.” Dia tetap kita jaga kehormatannya, dan kita nasehati dengan cara yang terbaik.
Namun apabila seseorang itu prinsipnya adalah bid’ah, mengajak kepada bid’ah, atau menguatkan bid’ah, atau dia menisbahkan diri kepada sunnah padahal sangat banyak penyimpangannya dan sering menentang ahlul haq. Maka orang seperti ini harus ditahdzir, harus ditahdzir orangnya dan manhajnya. Bahkan bahaya orang seperti ini lebih besar, karena dia berpenampilan sunnah, berbicara dengan sunnah, padahal dia menyimpang dari sunnah. Adapun seorang yang jelas-jelas ahlul bid’ah, maka menghadapinya lebih mudah. Apabila para penuntut ilmi diperingatkan dari ahlul bid’ah tersebut akan lebih mudah menerima.
Kisah tentang niqasy (diskusi) yang terjadi antara al-Imam asy-Syafi’i dengan al-Imam al-Muzanirahimahumallah, sampai terjadi perdebatan yang cukup runcing antara kedua imam tersebut. Namun pada keesokan harinya, al-Imam asy-Syafi’i memegang tangan al-Muzani seraya mengatakan, “Tidak engkau suka bahwa kita berbeda pendapat namun kita tetap sebagai saudara?”
Tentu saja kisah ini dimanfaatkan oleh para ahlul batil untuk membenarkan kaidah mereka, “Kita saling bekerja sama dalam permasalahan yang kita bersepakat padanya, dan kita saling memberikan udzur dalam perkara yang kita saling berbeda padanya.” Padahal tidak demikian.
Perlu diketahui, bahwa yang dimaksud oleh asy-Syafi’i “bahwa kita berbeda pendapat”, bukan perbedaan pendapat dalam masalah seperti, hukum menyembelih untuk kuburan, ajakan kepada hizbiyyah, memberontak kepada pemerintah muslimin, menjatuhkan kehormatan ‘ulama umat, menjauhkan umat dari sunnah, ajakan untuk bergaul dengan ahlul bid’ah dan memperkuat barisan mereka, dst. Bukan ini yang dimaksud. Namun yang dimaksud adalah permasalahan ijtihadiyyah yang memungkinkan terjadi perbedaan pendapat padanya.
Kami akan terus mentahdzir
Jangan mencela ahlul haq yang terus menjelaskan dan mentahdzir. Karena memang kebatilan itu terus menerus dilancarkan dan ditebarkan. Maka para da’i al-haq harus tampil tegak membela al-haq, tidak akan merugikan mereka orang-orang yang menghinakan mereka.
Maka jika ada yang mengatakan, “Berhentilah dari mentahdzir, jangan menyibukkan umat dengan tahdzir-tahdzir. Cara ini sudah usang, kita sudah bosan dengannya. Kalian telah menyibukkan umat dengan tahdzir. Tidak ada pada kalian kecuali tahdzir.”
Padahal demi Allah, jika diteliti tidak ada yang menegakkan durus kecuali ahlus sunnah, tidaklah memberikan pengajaran ilmu (taklim) kecuali ahlus sunnah, tidak ada yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar kecuali ahlus sunnah, tidak ada yang menunaikan tanggung jawab masyarakat kecuali ahlus sunnah. Bagaimana mereka bisa mengatakan kepada ahlus sunnah, “Tidak ada pada kalian kecuali tahdzir.”Sungguh mereka telah berdusta.
Benar, tahdzir ada pada kami. Tahdzir merupakan bagian dari manhaj kami (ahlus sunnah), dan manhaj kami tidak terbatas pada tahdzir saja.
Maka ucapan terhadap ahlus sunnah, “Tidak ada pada kalian kecuali tahdzir. Tidak ada pada kalian kecuali celaan.” demi Allah ini adalah cara-cara kaum hizbiyyin dalam upaya mereka menjauhkan umat dari ahlus sunnah di setiap tempat dan di setiap negeri!! Kalau ada seorang salafy mengucapkan kata-kata seperti di atas terhadap saudaranya salafy, niscaya kita meragukan kesalafiyahannya!!
Sungguh durus, taklim, fiqh, tauhid, aqidah, dst maka kalian tidak akan mendapatinya kecuali pada ahlus sunnah salafiyyin. dan kita tegaskan bahwa, Tahdzir merupakan bagian dari manhaj kita (ahlus sunnah), dan manhaj kita tidak terbatas pada tahdzir saja. Dan selama kita hidup, kita tidak akan meninggalkan tahdzir. Jika ada yang hendak menghasut, “kamu akan terus-terusan mentahdzir?” kita jawab: Ya, kita akan mentahdzir, dan akan terus mentahdzir. Dengan cara inilah agama terjaga.
Perhatikan kalimat Lailaha illallah, padanya ada nafi dan itsbat. Demikianlah agama ini tidak tegak kecuali dengan cara pembelaan terhadapnya, menjaganya, dan menghilangkan berbagai kotoran darinya. Adapun jika ada orang yang mau hanya berjalan begitu saja, maka cara ini akan memunculkan orang-orang yangmumayyi’ (lembek) tidak menegakkan sunnah dan tidak pula membantah bid’ah.
Sungguh kita sering terganggu dengan adanya orang-orang mukhadzdzil seperti ini. tidak jarang orang-orang tersebut dari barisan kita, atau dinisbahkan kepada kita. Siapa yang bergembira dan menjadi kuat dengan ucapan orang-orang tersebut? Para hizbiyyin, ahlul bid’ah, dan orang-orang menyimpang yang bergembira. Perhatikan ucapan orang-orang tersebut, “Lihat si fulan bijak, tidak seperti mereka.” atau “Perhatikan si fulan, ini baru salafy sejati.” Siapa si fulan yang ia puji tersebut? Yang ia puji itu ternyata hizbi, atau sufi, atau sekuler, atau liberalis.
(faidah yang aku catat dari pelajaran al-Muhimmat al-Awwaliyah fi al-Muqaddimat al-Fiqhiyyah bersama asy-Syaikh Hani bin Braik, Dhuha Kamis 22 Syawwal 1434 H/29 Agustus 2013 M. Semoga bermanfaat bagi semua)
Sumber: