Tahdzir merupakan aplikasi dari Amar Ma'ruf Nahi Munkar, bahkan termasuk NASEHAT TERHADAP UMAT
Nasihat agar menjauhi kebatilan dan pengusungnya, sekaligus sebagai nasehati terhadap orang yang ditahdzir agar mengintropeksi diri dan tersadar dari penyimpangannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
"Jika penyampaian nasehat wajib dilakukan demi kemashlahatan agama, baik yang bersifat khusus maupun umum, seperti yang terkait para perawi hadits yang melakukan kesalahan dalam periwayatannya atau berdusta. Sebagaimana yang dikatan oleh Yahya bin Sa'id, "Aku bertanya kepada Malik, Sufyan, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa'ad – tampaknya al-Auza'i juga – tentang seseorang yang diduga berdusta dalam periwayatan hadits atau tidak hafal?"
Mereka berkata, "JELASKANLAH KEADAANNYA!!"
Sebagian orang ada yang berkata kepada al-Imam Ahmad rahimahullah, "Sungguh berat bagiku memvonis si fulan demikian dan si fulan demikian!"
Al-Imam Ahmad menjawab, "Jika kamu diam dan aku pun diam, kapankah seorang yang jahil (bodoh/tidak mengerti) dapat membedakan antara hadits yang shahih dengan hadits yang lemah?!"
Seperti itu pula kondisi para pengusung bid'ah yang mempunyai berbagai statemen atau badah yang menyelisihi al-Kitab dan as-Sunnah. Jadi, menjelaskan keadaan mereka dan memperingatkan umat dari mereka adalah KEWAJIBAN sebagaimana kesepakatan kaum muslimin." (Majmu' Fatawa 28/231)
Asy-Syaikh al-'Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata, "Manakala pengusung kebenaran (ahlul haq) berdiam diri, tidak menjelaskan kesalahan-kesalahan (baca : penyimpangan) orang-orang yang bersalah dan kekeliruan-kekeliruan orang yang keliru, niscaya tidak akan terwujud dakwah kepada kebaikan dan amar ma'ruf nahi munkar yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada mereka.
Merupakan sesuatu yang maklum, sebab tergoresnya sebuah dosa ialah sikap diam terhadap kemungkaran, membiarkan orang yang menyimpang di atas penyimpangannya, dan orang yang menyelisihi kebenaran di atas keselahannya. Sikap diam tersebut tentu bertentangan degnan apa yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, yaitu nasehat, tolong-menolong di atas kebaikan, dan amar ma'ruf nahi munkar. Wallahul Muwaffiq.
(Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah 3/69)
Bisa jadi, di antara pembaca ada yang bergumam, "Justru dengan sebab tahdzir itulah, terjadi berbagai kekacauan dan perpecahan di tengah umat."
Menanggapi hal ini, asy-Syaikh al-'Allamah Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata,
"Mentahdzir manhaj-manhaj yang menyimpang dari manhaj salaf justru MEMPERSATUKAN KALIMAT UMAT ISLAM, tidak memecah belah barisan mereka. Manhaj-manhaj yang menyimpang itulah yang sebenarnya memecah belah barisan umat Islam."
(al-Ajwibah al-Mufidah, hal. 157)
Dinukil dari Majalah asy-Syari'ah edisi 107 (vol. IX/1436 H/2015 M), tulisan "KETIKA TAHDZIR DIPERSOALKAN" oleh al-Ustadz Ruwaifi' bin Sulaimi, hal.8-9
••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya
Channel Telegram https://bit.ly/ManhajulAnbiya
APAKAH TAHDZIR dari Bahaya Ahlul Bid’ah juga DISAMPAIKAN UNTUK ORANG AWAM?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pertanyaan :
Bagaimana pendapat anda tentang seseorang yang tidak suka/meninggalkan untuk mendengar rudud (bantahan para ‘ulama sunnah terhadap kebatilan dan para pengusungnya, pen). Ketika dia ditanya tentang sebab kenapa dia bersikap demikian, dia menjawab: karena yang bertanya kepadaku adalah orang awam, bacaan al-Qur`an masih belum bagus.
Bagaimana penjelasan anda, barakallahufikum?
Jawab :
Apabila dia (orang yang bertanya itu) adalah orang awam, maka perlu DIAJARI aqidah dan DIPERINGATKAN dari BAHAYA BID'AH.
Banyak orang awam sekarang yang justru menjadi bala tentaranya para ahlul bid’ah.
Maka mereka (orang-orang awam itu) harus diperingatkan …
Katakan kepadanya, “Fulan itu ada kebid’ahannya ini dan itu, apabila kamu mendengarkan (ucapan-ucapan dan ceramah-ceramahnya) maka akan memBAHAYAkanmu.
JANGANLAH kamu membaca (buku-bukunya),
Jangan mendengar kaset-kasetnya, dan
hendaknya WASPADA dari ucapan-ucapannya.”
Yakni orang AWAM perlu ada yang MEMPERINGATKANNYA. Ingatkanlah dia dengan kaidah, “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”
Sekarang ini, orang-orang awam dijadikan sebagai sasaran empuk oleh para ahlul bid’ah, dengan tidak membiarkan mereka (orang-orang awam itu) membaca kitab-kitab rudud. Kata mereka, ini menghabiskan waktu orang-orang awam.
[ Majmu’ Kutub wa Rasa’il wa Fatawa asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali XIV/273 ]
sumber http://manhajul-anbiya.net
••••••••••••••••••••••
Majmu'ah Manhajul Anbiya
Channel Telegram https://bit.ly/ManhajulAnbiya
BANTAHAN TERHADAP AHLI BID’AH TERMASUK DARI KETAKWAAN DAN JIHAD TERBESAR
Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi rahimahullah
Pertanyaan: “Sebagian manusia jika melihat kami mentahdzir ahli bid’ah dan para pengekor hawa nafsu, mereka mengatakan pada kami, ‘Bertakwalah kepada Allah, wajib bagi kalian untuk menuntut ilmu dan tinggalkan bantahan-bantahan!’, Apakah termasuk dari ketakwaan kepada Allah menyebarkan bantahan dan tahdzir terhadap ahli bid’ah?”
Jawaban: “Bantahan terhadap ahli bid’ah termasuk dari ketakwaan terbesar dan jihad terbesar di jalan Allah. Dan yang mengatakan perkataan itu, bisa jadi orang-orang bodoh atau para pengekor hawa nafsu
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram : http://bit.ly/ForumSalafy