Hukuman mati yang dilakukan pemerintah Arab Saudi terhadap tokoh Syiah Nimr al-Nimr pada Sabtu, (02/01), memancing aksi kecaman dan hujatan dari komunitas Syiah seluruh dunia yang dimotori Iran. Kementerian Luar Negeri Iran secara tegas mengatakan bahwa kerajaan Arab Saudi akan membayar mahal atas tindakannya itu. Dan hal ini setidaknya telah terbukti dengan dibakarnya kantor Kedubes Saudi di Teheran.
Selain di Iran, aksi protes terhadap Arab Saudi juga bermunculan di berbagai negara. Di Inggris, komunitas Syiah menggelar aksi demonstrasi di depan Kedubes Saudi di London. Di Bahrain, para wanita Syiah turun ke jalan memprotes Arab Saudi. Dan seolah tak mau ketinggalan, komunitas Syiah Indonesia pun ikut menggelar aksi mengecam tindakan Arab Saudi yang ingin meredam aksi terorisme yang diantaranya dimotori oleh tokoh Syiah, Nimr al-Nimr.
Sekelompok orang yang menamakan dirinya Human Rights Alliance (HRA) dan Aliansi Anti Perang (A2P)menggelar aksi protes di depan Kedubes Arab Saudi, di Kuningan, Jakarta, Senin (04/01). Sambil mengacung-acungkan foto al-Nimr, massa Syiah tersebut meneriakkan yel-yel “Arab Saudi biadab…Arab Saudi biadab..” Bahkan mereka juga menuntut pemerintah RI untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi.
Sementara itu di jajaran elit Syiah, DPP ABI (Ahlul Bait Indonesia) sebagai motor penggerak agama Syiah di Indonesia dalam rilisnya tanggal 3 Januari 2016 menyatakan bahwa eksekusi mati atas ulama dan mujahid Syaikh Nimr Al-Nimr telah menambah daftar kejahatan dan kezaliman rezim rasis Arab Saudi atas warga sipil yang tak berdosa, termasuk kalangan ulamanya.
Apa yang telah diutarakan di atas tadi adalah sekelumit gambaran tentang Syiah-Iran yang selalu berupaya mencari-cari masalah untuk mendiskreditkan Arab Saudi. Isu HAM, penindasan terhadap minoritas Syiah hingga kedekatan Arab Saudi dengan AS yang notabene musuh ideologis Iran sudah menjadi tema yang umum untuk diekspos. Namun ketika tokoh Syiah Nimr al-Nimr dieksekusi Arab Saudi, Iran seolah mendapat gerojogan bahan bakar untuk kembali memanaskan suasana.
Akhirnya melalui media-media yang menjadi corong mereka, termasuk di Indonesia, berbagai isu miring tentang Arab Saudi pun sampai ke telinga kita. Arab Saudi biadab, Alu Su’ud penjilat Amerika, Raja Salman Penjahat Perang, dan lain sebagainya. Benarkah demikian?
Merujuk kepada data dari lembaga Amnesty International, sejak akhir tahun 2014 hingga 2015 lalu, jumlah eksekusi mati di Arab Saudi mencapai 100 orang. Sesuai dengan hukum Arab Saudi yang menerapkan syariat Islam, hukuman mati di negeri tersebut di dominasi oleh narapidana terkait kasus pembunuhan, pemerkosaan, perampokan bersenjata dan narkoba. Sementara narapidana dengan kasus berlatarbelakang idelogi semisal Nimr al-Nimr yang beragama Syiah, akan sulit mendapatkan datanya karena memang sangat jarang terjadi.
Sementara di Iran, jumlah warga Iran yang nasibnya berakhir di tiang gantungan mencapai 1000 orang. Dan mirisnya, itu terjadi hanya di tahun 2015 saja. Sebagaimana dilansir situs berita Timur Tengah, arabnews.com, Iran telah mengeksekusi sekitar 700 orang pada enam bulan pertama di tahun 2015 dengan rata-rata 3 orang dieksekusi setiap harinya. Jumlah itu membuat Iran dicap sebagai salah satu negara terbanyak melakukan eksekusi mati. Sebagian dari mereka dieksekusi karena tindak kriminal, namun terdapat pula jumlah yang besar, terpidana mati karena kasus idelogis, atau yang diistilahkan karena kasus mempertahankan keyakinan sebagai minoritas sunni.
Apabila di tahun 2015 terdapat lebih dari 1000 orang digantung oleh pemerintah Iran, bagaimana dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari sebuah medsos Whatsapp “Alaikum Bil Akabir” Maroko, Iran telah menggantung ribuan orang khususnya warga Sunni sejak tahun 2007.
1. 2007 mengeksekusi lebih 315 jiwa.
2. 2008 mengeksekusi 360 jiwa.
3. 2009 mengeksekusi 388 jiwa.
4. 2010 mengeksekusi 252 jiwa.
5. 2011 mengeksekusi 360 jiwa.
6. 2012 mengeksekusi 314 jiwa.
7. 2013 mengeksekusi 624 jiwa.
8. 2014 mengeksekusi 743 jiwa.
9. 2015 mengeksekusi lebih dari 1000 jiwa
Jika melihat data ribuan eksekusi yang dilakukan Iran dan jumlah tersebut semakin meningkat setiap tahunnya layakkah mereka menilai Arab Saudi sebagai negara biadab? Pantaskah mereka berteriak di jalan-jalan mendesak pemerintah memutuskan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi hanya karena 1 orang teroris yang beraqidah sama dengan mereka yang berteriak itu? /fs
serambiharamain.com/arab-saudi-di-hujat-karena-hukum-mati-1-syiah-iran-di-sanjung-walau-gantung-ribuan-sunni/